Langsung ke konten utama

Bismillah

 Bismillah. . . .

Ini adalah tulisan pertama saya di blog ini. Mungkin masih terasa kaku, tapi saya benar-benar ingin belajar menulis. Keinginan ini muncul saat saya mulai suka membaca buku, terutama buku pengembangan diri.

Awalnya, saya merasa lelah terus-menerus scrolling HP. Konten yang saya lihat sering kali tidak banyak memberi manfaat—justru kadang membuat kepala pusing. Kebiasaan ini sudah seperti rutinitas, bahkan bisa dibilang kebiasaan buruk. Rasanya, kalau sehari saja tidak memegang HP, jari-jari ini gatal. Tapi duduk diam tanpa melakukan apa pun juga terasa hambar, seperti sup yang kebanyakan air.

Lalu saya berpikir, bagaimana kalau saya membaca buku? Tapi buku yang benar-benar bermanfaat untuk diri saya. Setelah membaca beberapa buku, saya mulai tertarik dengan buku-buku pengembangan diri. Sekarang, di usia 30 tahun, ada rasa penyesalan, “Kenapa saya tidak memulainya dari dulu?” Kalau saja saya mulai lebih awal, pasti sudah banyak buku dan ilmu yang saya pelajari.

Dari situ, muncul ide: bagaimana caranya agar saya bisa mengingat pelajaran, kalimat, atau quotes dari buku yang saya baca? Saya tidak ingin sekadar membaca lalu melupakannya begitu saja. Walaupun saya tidak bisa mengingat semuanya, saya bisa membuat catatan penting dari buku-buku yang saya baca. Dengan begitu, saya bisa lebih mudah membaca ulang poin-poin penting tanpa harus mulai dari awal lagi.

Yang lebih penting, saya ingin mengambil pelajaran dari apa yang saya baca dan mempraktikkannya langsung dalam kehidupan sehari-hari.

Saya berharap ke depan bisa konsisten menulis di blog ini, setidaknya sekali dalam seminggu. Semoga perjalanan ini menjadi langkah awal untuk sesuatu yang lebih baik. Bismillah…


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Stoicism: When Reality Doesn't Meet Expectations

  The Principle of Stoicism: The Dichotomy of Control "Some things are up to us, some things are not up to us." — Epictetus (Enchiridion) "There are things within our control, and there are things beyond our control." This is the principle in Stoicism known as the "dichotomy of control." Examples of things beyond our control include: other people's behavior, opinions, fame, health, wealth, and natural events such as disasters or climate change. On the other hand, examples of things within our control are: our perceptions, our judgments of others, our goals, desires, and the effort we put into achieving them. Living peacefully is one of the primary goals of Stoicism. A peaceful life means freedom from negative thoughts and emotions—excessive emotions, jealousy, suspicion, and worries about the future, career, relationships, health, or even death. Stoicism teaches us to be aware of and accept the fact that not everything we desire or wish to avoid is wit...

Stoikisme : Hidup Selaras Dengan Alam

Hidup Selaras Dengan Alam : Belajar Stoikisme Dalam Kehidupan Sehari Hari Saya yakin Tuhan menciptakan segala sesuatu di alam semesta ini dengan tujuan. Semua memiliki perannya masing-masing. Binatang yang tidak memiliki nalar atau akal, hanya dibekali nafsu dan insting berburu, juga memainkan peran tertentu. Ambil contoh seekor ular di persawahan: ia memangsa tikus yang menjadi hama tanaman. Namun, terkadang kita mendengar berita seekor ular memangsa hewan ternak. Meski begitu, ular hanya menjalankan perannya sebagai makhluk yang dibekali insting berburu. Ia hidup selaras dengan alam. Manusia, di sisi lain, memiliki peran yang lebih besar. Tidak memandang ras, suku, atau agama, kita diberi akal dan nalar selain hawa nafsu. Akal ini adalah "rem" bagi nafsu kita. Bahkan, emosi dan perasaan negatif bisa kita kendalikan dengan nalar. gambar : ilustrasi manusia dengan akal pikiran Dalam prinsip utama Stoikisme , satu-satunya hal yang membedakan manusia dengan bin...

Stoikisme: Ketika kenyataan tidak sesuai harapan

Prinsip Stoikisme : Dikotomi Kendali "Some things are up to us, some things are not up to us." - Epictetus (Enchiridion) "Ada hal-hal yang berada di bawah kendali kita, ada hal-hal yang tidak berada dibawah kendali kita."      Itu adalah prinsip dalam Stoikisme yang disebut "dikotomi kendali". Sebagai contoh hal-hal yang tidak dalam kendali kita : perilaku orang lain, pendapat orang lain, ketenaran, kesehatan, kekayaan, dan faktor alam seperti bencan dan perubahan iklim. Sedangkan contoh hal-hal yang ada dalam kendali kita : persepsi kita, prasangka kita terhadap orang lain, tujuan kita, keinginan kita, dan seberapa besar usaha kita untuk meraih tujuan dan keinginan kita.      Hidup tentram adalah salah satu tujuan utama dari prinsip Stoikisme. Hidup tentram berarti bebas dari pikiran dan perasaan negatif—emosi yang berlebihan, kecemburuan, kecurigaan, hingga kekhawatiran tentang masa depan, karir, jodoh, kesehatan, bahkan kematian. Stoikisme mengajarkan k...