Langsung ke konten utama

Stoikisme: Ketika kenyataan tidak sesuai harapan


Prinsip Stoikisme : Dikotomi Kendali


"Some things are up to us, some things are not up to us." - Epictetus (Enchiridion)

"Ada hal-hal yang berada di bawah kendali kita, ada hal-hal yang tidak berada dibawah kendali kita."

    Itu adalah prinsip dalam Stoikisme yang disebut "dikotomi kendali". Sebagai contoh hal-hal yang tidak dalam kendali kita : perilaku orang lain, pendapat orang lain, ketenaran, kesehatan, kekayaan, dan faktor alam seperti bencan dan perubahan iklim. Sedangkan contoh hal-hal yang ada dalam kendali kita : persepsi kita, prasangka kita terhadap orang lain, tujuan kita, keinginan kita, dan seberapa besar usaha kita untuk meraih tujuan dan keinginan kita.

    Hidup tentram adalah salah satu tujuan utama dari prinsip Stoikisme. Hidup tentram berarti bebas dari pikiran dan perasaan negatif—emosi yang berlebihan, kecemburuan, kecurigaan, hingga kekhawatiran tentang masa depan, karir, jodoh, kesehatan, bahkan kematian. Stoikisme mengajarkan kita untuk sadar dan menerima bahwa tidak semua hal yang kita inginkan atau hindari berada dalam kendali kita.

    Kita semua ingin memiliki karir yang baik, penghasilan yang besar, atau banyak follower di media sosial. Saya pun begitu. Kita bekerja keras tanpa kenal lelah demi kehidupan yang mapan. Namun, apakah itu semua menjamin kita akan mendapatkannya? Jawabannya bisa iya, bisa juga tidak.

Ketika Kenyataan Tidak Sesuai Harapan


Bayangkan, Anda ingin segera naik jabatan di tempat kerja. Anda selalu datang tepat waktu, memberikan ide-ide terbaik, dan tampil cemerlang saat presentasi. Namun, tiba-tiba atasan Anda memilih orang lain—mungkin karena kedekatan keluarga—untuk mengisi posisi yang Anda idamkan. Apa yang Anda rasakan? Kecewa? Tentu saja.

Atau, tentang jodoh. Anda menjalin hubungan bertahun-tahun, mungkin sejak SMA, melanjutkan kuliah di universitas yang sama, bahkan fakultas yang sama. Namun setelah lulus, si dia justru dilamar oleh bosnya. Kecewa? Pasti.

Kedua contoh ini menunjukkan bagaimana hal-hal yang kita inginkan terkadang gagal kita dapatkan, meskipun kita merasa sudah berusaha semaksimal mungkin. Banyak orang yang akhirnya tenggelam dalam kekecewaan, bahkan ada yang sampai kehilangan harapan karena hal-hal ini.

gambar : ilustrasi yang menggambarkan kekecewaan ketika kenyataan tidak sesuai dengan harapan.

Memahami Kendali dan Ketidakpastian


Stokisme mengajarkan kita untuk menerima bahwa tidak semua hal ada dalam kendali kita. Namun, ini bukan berarti kita harus pasrah pada keadaan. Sebaliknya, prinsip ini membantu kita mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan terburuk dan bangkit dari luka serta kekecewaan.

Misalnya, persiapkan presentasi terbaik untuk meeting besok. Datanglah tepat waktu, tunjukkan kemampuan Anda, dan berikan yang terbaik. Namun, sambil melakukannya, katakan pada diri sendiri, "Aku sudah berusaha sebaik mungkin. Soal hasilnya, itu bukan sepenuhnya dalam kendaliku. Jika gagal, aku tidak akan larut dalam kekecewaan. Aku akan mencoba lagi."

Fokus pada Hal yang Bisa Kita Kendalikan


Hal yang sepenuhnya dalam kendali kita adalah usaha dan kemauan kita. Apakah kita mau berusaha? Seberapa besar usaha yang kita lakukan? Itu semua 100% ada dalam kendali kita. Tetapi soal hasil, itu berada di luar kendali kita.

Jadi, teruslah berusaha dengan sebaik-baiknya tanpa terlalu mengkhawatirkan hasil. Hidup tentram bukanlah tentang mendapatkan segalanya, tetapi tentang menerima dan bersyukur atas apa yang ada.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Stoicism: When Reality Doesn't Meet Expectations

  The Principle of Stoicism: The Dichotomy of Control "Some things are up to us, some things are not up to us." — Epictetus (Enchiridion) "There are things within our control, and there are things beyond our control." This is the principle in Stoicism known as the "dichotomy of control." Examples of things beyond our control include: other people's behavior, opinions, fame, health, wealth, and natural events such as disasters or climate change. On the other hand, examples of things within our control are: our perceptions, our judgments of others, our goals, desires, and the effort we put into achieving them. Living peacefully is one of the primary goals of Stoicism. A peaceful life means freedom from negative thoughts and emotions—excessive emotions, jealousy, suspicion, and worries about the future, career, relationships, health, or even death. Stoicism teaches us to be aware of and accept the fact that not everything we desire or wish to avoid is wit...

Stoikisme : Hidup Selaras Dengan Alam

Hidup Selaras Dengan Alam : Belajar Stoikisme Dalam Kehidupan Sehari Hari Saya yakin Tuhan menciptakan segala sesuatu di alam semesta ini dengan tujuan. Semua memiliki perannya masing-masing. Binatang yang tidak memiliki nalar atau akal, hanya dibekali nafsu dan insting berburu, juga memainkan peran tertentu. Ambil contoh seekor ular di persawahan: ia memangsa tikus yang menjadi hama tanaman. Namun, terkadang kita mendengar berita seekor ular memangsa hewan ternak. Meski begitu, ular hanya menjalankan perannya sebagai makhluk yang dibekali insting berburu. Ia hidup selaras dengan alam. Manusia, di sisi lain, memiliki peran yang lebih besar. Tidak memandang ras, suku, atau agama, kita diberi akal dan nalar selain hawa nafsu. Akal ini adalah "rem" bagi nafsu kita. Bahkan, emosi dan perasaan negatif bisa kita kendalikan dengan nalar. gambar : ilustrasi manusia dengan akal pikiran Dalam prinsip utama Stoikisme , satu-satunya hal yang membedakan manusia dengan bin...